Sabtu, 23 Desember 2017

proposal penelitian manajemen pemasaran, pengaruh harga terhadap keputusan pembelian

contoh proposa penelitian manajemen pemasaran,,,,
untuk yang mau copas silaahkan,,,,,


BAB I
PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang

Dalam era globalisasi ini, jumlah merek dan produk yang bersaing dalam pasar menjadi sangat banyak sehingga konsumen memiliki ragam pilihan dan alternatif produk dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhannya dan berhak memilih sesuai yang konsumen inginkan. Dengan adanya persaingan yang terjadi, hal tersebut menuntut para pelaku bisnis untuk mengeluarkan segala kemampuan yang mereka miliki agar dapat bersaing di pasar.
Dalam menjalankan bisnisnya, pelaku usaha selalu dihadapkan pada situasi yang berubah-ubah sesuai dengan siklus kehidupan perusahaan. Dimana situasi yang berubah-ubah disebabkan karena sekarang ini banyak usaha-usaha yang sejenis berkembang, sehingga konsumen memiliki ragam pilihan dan alternatif produk dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhannya dan berhak memilih sesuai yang konsumen inginkan. Dengan adanya persaingan yang terjadi, hal tersebut menuntut para pelaku bisnis untuk mengeluarkan segala kemampuan yang mereka miliki agar dapat bersaing di pasar
Setiap pelaku usaha dituntut untuk memiliki kepekaan terhadap setiap perubahan yang terjadi agar dapat memenuhi permintaan konsumen.Untuk memenuhi setiap permintaan-permintaan yang berbeda, hal  tersebut yang menjadi alasan mengapa perusahaan harus mempelajri dan memahami perilaku konsumen mereka. Antara konsumen yang satu dengan konsumen yang lain tidak seluruhnya memiliki perilaku yang sama oleh karena itu diperlukan penanganan yang seoptimal mungkin sehingga konsumen akan merasa puas dan perusahaan akan tetap bertahan.
Dengan mendapatkan pemahaman konsumen yang menyeluruh dan mendalam, akan membantu memastikan bahwa produk yang tepat dipasarkan pada konsumen yang tepat dengan cara yang tepat (Kotler dan Keller, 2009). Selain dapat memahami perilaku konsumen atau perusahaannya, perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor eksternal maupun internal sehingga menimbulkan minat beli pembelian bagi para konsumen sebelum menetapkan keputusan pembelian.
 Menurut Kotler dan Armstrong (2008), keputusan pembelian konsumen adalah membeli merek yang paling disukai dari berbagai alternatif yang ada, tetapi ada beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian, salah satunya adalah harga.
Harga adalah sejumlah uang yang ditukarkan untuk sebuah produk atau jasa. (Kotler dan Amstrong. 2001). Jika konsumen menganggap bahwa harga lebih tinggi dari nilai produk, maka konsumen tersebut mungkin tidak akan membeli produk itu kembali. Jika konsumen menganggap harga berbeda dibawah nilai produk atau sesuai dengan manfaat, maka konsumen tersebut memungkinkan akan membelinya kembali.
Harga adalah satu-satunya unsur dalam berbagai unsur bauran pemasaran yang akan mendatangkan laba bagi perusahaan. Dalam pengertian strategi harga, harga merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan dalam perusahaan yang berfungsi menciptakan keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Namun, hal itu seringkali terbentur pada kebijakan penetapan harga.
Penetapan harga oleh perusahaan harus disesuaikan dengan situasi lingkungan dan perubahan yang terjadi terutama pada saat persaingan yang semakin ketat dan perkembangan permintaan yang terbatas. Dalam iklim persaingan yang ketat seperti sekarang ini, perusahaan harus memperhatikan faktor harga, karena besar kecilnya harga yang ditetapkan akan sangat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam bersaing dan juga mampu mempengaruhi konsumen untuk membeli produknya. Agar lebih kompetitif di pasar, perusahaan dapat mempertimbangkan harga pesaing sebagai pedoman dalam menentukan harga jual produknya.
Salah satu bidang bisnis yang merasakan ketatnya persaingan saat ini adalah bisnis di bidang Bakery. Banyaknya Bakery yang hadir di kota Gorontalo membuat persaingan di bidang bisnis tersebut semakin ketat, karena disebabkan oleh banyaknya ragam pilihan hidangan dengan variasi bentuk serta rasa, tekstur, harga yang sesuai dengan kualitas produk yang dihadirkan.
Salah satu Bakery yang mampu bertahan serta bersaing di pasar hingga saat ini adalah Toko Pia Saronde yang telah menjadi tempat favorit warga Gorontalo maupun luar kota untuk membeli beragam jenis pia, roti dan kue serta oleh-oleh khas Gorontalo lainnya. Toko Pia Saronde ini awal mulanya didirikan berdasarkan atas ide, Bapak  Yunan P.A Harahap  Toko Pia Saronde yang bertempat Jl. Sultan Botutihe 29 Kota Gorontalo Depan Gorontalo Mall, menyediakan beragam banyak pilihan, mulai dari kue pia, roti basah, roti kering, keripik, dan juga berbagai macam jajanan pasar.
Dengan semakin berkembangnya bisnis di bidang usaha Bakery di Gorontalo, pihak Toko Pia Saronde harus berjuang keras dalam mempertahankan pelanggan yang sudah ada. Hal tersebut sangat penting karena adanya persaingan yang sangat ketat dari para pelaku bisnis bakery lainnya, yang masing-masing pelaku bisnis berusaha menampilkan ciri-ciri produk yang dihasilkan, karakter dan identitas toko, kualitas dan keunggulan produk mulai dari kelezatan, varian rasa toping roti, variasi ukuran dan bentuk, ketebalan dan tekstur yang berbeda dari outlet toko lainnya.
Ada beberapa orang yang mungkin belum mengenal Toko Pia Saronde ini dengan baik, yang memiliki anggapan bahwa pia, roti, dan jajanan pasar yang dijual tersebut harganya mahal, padahal anggapan tersebut belum tentu benar adanya karena ragam pilihan pia, roti, dan jajanan pasar yang tersedia di dalam toko tersebut dijual dengan harga yang sangat terjangkau namun tetap memperhatikan jaminan kualitas produknya yang terbaik, serta yang terutama adalah memberikan pelayanan yang terbaik kepada setiap konsumen yang datang langsung ke toko untuk membeli produk, maupun konsumen yang memesan lewat telepon.
Pihak manajemen perusahaan harus melakukan sebuah perubahan dengan menghadirkan inovasi baru yang lebih segar lagi agar dapat memenuhi keinginan dan harapan konsumen, yang pada akhirnya akan member rasa percaya konsumen untuk melakukan pembelian kembali terhadap produk toko pi saronde serta merekomendasikan kepada pihak lain secara orang perorangan.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul. ‘‘Pengaruh Harga Terhadap Keputusan Pembelian DI Toko Pia Saronde’’

1.2      Identifikasi Masalah

·         Konsumen semakin banyak memiliki alternative untuk membandingkan sebelum melakukan pembelian
·         Konsumen beranggapan harga yang diberikan sangat mahal
·         Pihak manajemen perusahaan harus melakukan sebuah perubahan dengan menghadirkan inovasi baru
·         Harga yang ditetapkan harus sesuai dengan mutu produk
·         Produsen harus memperhaatikan konsumen dan pesaingnya dalam menetapkan harga
·         Produsen harus mempelajri dan memahami perilaku konsumen mereka.

1.3      Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan tersebut maka penulis membuat rumusan masalah dala penelitian ini sebagai berikut “ Apakah terdapat pengaruh harga terhadap keoutusan pembeliah Pia Saronde ”.

1.4      Tujuan Penelitian

Yang menjadi tujuan penelitian ini adalah “ Untuk mengetahui pengaruh harga terhadap keputusan pembeliah Pia Saronde ”

1.5      Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1.    Manfaat teoritis.
a.    Bagi peneliti.
Penelitian ini bermanfaat untuk memperdalam dan mengaplikasikan teori pemasaran yang sudah diperoleh, terutama mengenai kemasan, harga dan promosi. Selain itu sebagai sarana dalam meningkatkan kompetensi dan mengembangkan wawasan keilmuan dalam membuat sebuah produk makanan ringaan harus mengerti yang dibutuhkan oleh konsumen.
b.    Bagi pembaca.
Bagi pembaca diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi tambahan mengenai ilmu-ilmu pemasaran khususnya kemasan, harga, promosi dan proses keputusan pembelian.



2.    Manfaat praktis
a.    Bagi usaha kecil menegah.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak UKM sebagai pertimbangan dalam membuat sebuah produk makanan ringan/cemilan harus memperhatikan harga yang akan memepngaruhi proses keputusan pembelian konsumen.
b.    Bagi konsumen
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada konsumen agar lebih mengenalkan produk makann ringan/cemilan UKM Gorontalo yang selalu menerapkan harga yang tepat  mengena langsung pada konsumen.

 


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1      Perilaku Konsumen

2.1.1     Pengetian Perilaku Konsumen

Menurut Engel, Blackwell dan Miniard, 1993 dalam Ujang Sumarwan Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan,  mengkonsumsi,  menghabiskan  produk  dan  jasa,  termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan tersebut.
Menurut Kotler (2005) perilaku konsumen itu sendiri dipengaruhi oleh beberpa faktor antara lain :
1.    Faktor Kebudayaan
Kebudayaan merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar untuk mendapatkan nilai, persepsi, preferensi dan perilaku dari lembaga-lembaga penting lainnya. Faktor kebudayaan memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada tingkah laku konsumen. Pemasar harus mengetahui peran yang dimainkan oleh:
a.    Budaya
Budaya adalah keseluruhan yang kompleks meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, kebiasaan, dan setiap kemampuan dan kebiasaan yang di peroleh oleh setiap orang sebagai anggota masyarakat termasuk dalam budaya ini adalah pergeseran budaya serta nilai nilai dalam keluarga.

b.    Subbudaya
Sub budaya adalah sekelompok orang dengan sistem nilai terpisah berdasarkan pengalaman dan situasi kehidupan yang umum. Sub budaya termasuk nasionalitas, agama, kelompok ras, dan wilayah geografis.
c.    Kelas Sosial
Kelas sosial adalah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan yang keanggotaannya mempunyai nilai, minat, dan perilaku yang serupa.
2.    Faktor-Faktor social
Kelas sosial merupakan Pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen yang tersusun secara hierarkis dan yang anggotanya menganut nilai-nilai, minat, dan perilaku yang serupa. Kelas sosial ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur sebagai kombinasi dari pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan dan variabel lain. Dalam beberapa sistem sosial, anggota dari kelas yang berbeda memelihara peran tertentu dan tidak dapat mengubah posisi sosial mereka. Tingkah laku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, yaitu:
a.    Kelompok Referensi
Kelompok adalah dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai sasaran individu atau bersama. Beberapa merupakan kelompok primer yang mempunyai interaksi reguler tapi informal-seperti keluarga, teman, tetangga dan rekan sekerja. Beberapa merupakan kelompok sekunder, yang mempunyai interaksi lebih formal dan kurang reguler. Ini mencakup organisasi seperti kelompok keagamaan, asosiasi profesional dan serikat pekerja.
b.    Keluarga
Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan telah diteliti secara mendalam, pemasar tertarik dalam peran dan pengaruh suami, istri dan anak-anak pada pembelian berbagai produk dan jasa.
c.    Peran dan Status
Peran terdiri dari aktivitas yang diharapkan dilakukan seseorang menurut orang-orang yang ada disekitarnya. Setiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat. Orang seringkali memilih produk yang menunjukkan statusnya dalam masyarakat.
3.    Faktor Pribadi
Faktor pribadi didefinisikan sebagai karakteristik psikologis seseorang yang berbeda dengan orang lain yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan.
Keputusan membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, yaitu:
a.    Umur dan tahapan dalam siklus hidup
Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli selama masa hidupnya. Selera akan makanan, pakaian, perabot dan rekreasi sering kali berhubungan dengan umur. Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap yang mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya. Pemasar seringkali menentukan sasaran pasar dalam bentuk tahap daur hidup dan mengembangkan produk yang sesuai serta rencana pemasaran untuk setiap tahap.
b.    Pekerjaan
Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Pemasar berusaha mengenali kelompok pekerjaan yang mempunyai minat di atas rata-rata akan produk dan jasa mereka. Sebuah perusahaan bahkan dapat melakukan spesialisasi dalam memasarkan produk menurut kelompok pekerjaan tertentu.
c.    Situasi ekonomi
Situasi ekonomi sekarang akan mempengaruhi pilihan produk. Pemasar produk yang peka terhadap pendapatan mengamati kecenderungan dalam pendapatan pribadi, tabungan dan tingkat minat. Bila indikator ekonomi menunjukkan resesi, pemasar dapat mengambil langkah-langkah untuk merancang ulang, memposisikan kembali dan mengubah harga produknya.
d.    Gaya hidup
Pola kehidupan seseorang yang diwujudkan dalam aktivitas (pekerjaan, hobi, berbelanja, olahraga, kegiatan sosial), minat (makanan, mode, keluarga, rekreasi) dan opini yang lebih dari sekedar kelas sosial dan kepribadian seseorang, gaya hidup menampilkan pola bereaksi dan berinteraksi seseorang secara keseluruhan di dunia.
e.    Kepribadian dan Konsep Diri
Kepribadian setiap orang jelas mempengaruhi tingkah laku membelinya. Kepribadian mengacu pada karakteristik psikologi unik yang menyebabkan respons yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan dirinya sendiri. Kepribadian biasanya diuraikan dalam arti sifat-sifat seperti rasa percaya diri, dominasi, kemudahan bergaul, otonomi, mempertahankan diri, kemampuan menyesuaikan diri, dan keagresifan. Kepribadian dapat bermanfaat untuk menganalisis tingkah laku konsumen untuk pemilihan produk atau merek tertentu.
4.    Faktor Psikologis
Faktor psikologis sebagai bagian dari pengaruh lingkungan dimana ia tinggal dan hidup pada waktu sekarang tanpa mengabaikan pengaruh dimasa lampau atau antisipasinya pada waktu yang akan dating Pilihan barang yang dibeli seseorang lebih lanjut dipengaruhi oleh faktor psikologi yang penting:
a.    Motivasi
Para peneliti motivasi mengumpulkan informasi mendalam dari sekelompok kecil sampel konsumen untuk mengetahui motif yang lebih dalam untuk pilihan-pilihan produk mereka. Mereka menggunakan wawancara mendalam tanpa arahan dan berbagai macam “teknik proyektif” untuk menanggalkan penjagaan ego yaitu teknik-teknik seperti asosiasi kata, penyelesaian kalimat, interpretasi gambar dan bermain peran. Para peneliti motivasi telah mendapatkan kesimpulan-kesimpulan yang menarik dan kadang-kadang aneh tentang apakah yang ada dibenak konsumen sehubungan dengan pembelian tertentu. Meskipun kadang-kadang menghasilkan kesimpulan-kesimpulan aneh, riset motivasi tetap bermanfaat sebagai alat bagi para pemasar untuk memahami perilaku konsumen secara lebih dalam.
b.    Persepsi
adalah proses yang dilalui orang dalam memilih, mengorganisasikan dan mengintepretasikan informasi guna membentuk gambaran yang berarti mengenai dunia. Seseorang yang termotivasi siap untuk bertindak. Bagaimana orang tersebut bertindak dipengaruhi oleh persepsinya mengenai situasi.
c.    Pengetahuan
Pembelajaran menggambarkan perubahan dalam tingkah laku individual yang muncul dari pengalaman. Pentingnya praktik dari teori pengetahuan bagi pemasar adalah mereka dapat membentuk permintaan akan suatu produk dengan menghubungkannya dengan dorongan yang kuat, menggunakan petunjuk yang membangkitkan motivasi, dan memberikan peranan positif.


d.    Keyakinan dan sikap
Melalui tindakan dan pembelajaran, orang mendapatkan keyakinan dan sikap. Keduanya ini, pada waktunya mempengaruhi tingkah laku membeli. Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang mengenai sesuatu. Keyakinan didasarkan pada pengetahuan yang sebenarnya, pendapat atau kepercayaan dan mungkin menaikkan emosi atau mungkin tidak.
Pemasaran tertarik pada keyakinan bahwa orang yang merumuskan mengenai produk dan jasa spesifik, karena keyakinan ini menyusun citra produk dan merek yang mempengaruhi tingkah laku membeli yang mempengaruhi tingkah laku membeli. Bila ada sebagian keyakinan yang salah dan menghalangi pembelian, pemasar pasti ingin meluncurkan usaha untuk mengkoreksinya.
Sikap menguraikan evaluasi, perasaan dan kecenderungan dari seseorang terhadap suatu obyek atau ide yang relatif konsisten. Sikap menempatkan orang dalam suatu kerangka pemikiran mengenai menyukai atau tidak menyukai sesuatu mengenai mendekati atau menjauhinya.
Menurut Kotler (2005) : Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang mengenai sesuatu. Keyakinan ini mungkin didasarkan pada pengetahuan sebenarnya, pendapat atau kepercayaan dan mungkin menaikkan emosi dan mungkin tidak.

2.2      Keputusan Pembelian

2.2.1     Pengertian Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian adalah proses pengambilan keputusan konsumen dalam mengonsumsi produk dan aktifitas individu. Hal ini berkaitan dalam usahanya memenuhi kebutuhan dengan tahap yang dilibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh dan menggunakan produk. Keputusan pembelian merupakan suatu proses pengambilan keputusan akan pembelian yang mencakup penentuan apa yang akan dibeli atau tidak melakukan pembelian dan keputusan itu diperoleh dari kegiatan-kegiatan sebelumnya (Sofjan Assauri,2004 dalam Dessy. A.Sembiring, dkk)
Susanto (1997) dalam Bayu Hendrawan S, dkk menjelaskan bahwa individu yang mempunyai minat membeli, menunjukkan adanya perhatian dan rasa senang terhadap barang tersebut. Adanya minat individu ini menimbulkan keinginan  sehingga timbul perasaan yang menyakinkan dirinya bahwa produk tersebut mempunyai manfaat bagi dirinya dan apa yang menjadi minat individu ini dapat diikuti oleh suatu keputusan yang akhirnya menimbulkan realisasi berupa keputusan pembelian.
Menurut Kotler dan Keller (2007) mengatakan bahwa keputusan pembelian bagi para konsumen melalui lima tahapan, yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian, dengan demikian jelaaskan bahwa proses pembelian dimulai jauh sebelum pembelian actual dilakukan dan memiliki dampak yang lama setelah itu.
 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keputusan pembelian merupakan kegiatan pemecahan masalah yang dilakukan individu dalam pemilihan alternatif perilaku yang sesuai dari dua alternatif perilaku atau lebih dan dianggap sebagai tindakan yang paling tepat dalam membeli dengan terlebih dahulu melalui tahapan proses pengambilan keputusan.

2.2.2     Dimensi Keputusan Pembelian

J. Supranto, dkk (2007), mengatakan bahwa motif pembelian atau keputusan pembelian, dengan dua dimensi keputusan pembelian atau motif pembelian, yaitu :
1.    Manifest Motives : yaitu suatu motif atau minat yang sesuai dengan sistem nilai yang sedang berlaku di masyarakat, seperti : produk sedang ngetren, kawannya sedang memakai produk tersebut, produk tersebut cocok untuk dirinya: mampu membelinnya, prestise,
2.    Latent Motives : yaitu suatu motif atau keputusan pembelian bagi seseorang yang mana sebagai konsumen segan untuk mengakuinya karena merasa malu untuk berterus terang, seperti : semua manfaat diperoleh jika mengkonsumsi produ tersebut, merasa lebih sehat jika mengkonsumsi produk tersebut, merasa dirinya telah sukses, menjadi lebih kuat, mempesona.
Menurut Ferdinan (2002) dalam Dwintyanti, (2008), keputusan pembelian dapat didefinisikan melalui indikator-indikator sebagai berikut :
a.    Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk muncul membeli produk.
b.    Minat referensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada orang lain
c.    Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang  memiliki preferensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi sesuaatu dengan produk preferensinya.
d.    Minat eksploratif, minat ini mengambarkan perilaku seseorang yang seslalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut.

2.2.3     Tahap-tahap Proses Keputuan Pembelian

Keputusan pembelian yaitu beberapa tahapan yang dilakukan oleh konsumen sebelum melakukan keputusan pembelian suatu produk Kotler dan Amstrong (2008).
Pengenalan
Kebutuhan
Pencarian
Informasi
Evaluasi
Alternatif
Keputusan
Pembelian
Perilaku
Pasca
Pembelian
 


Gambar 2.1  Proses Keputusan Pembelian
Sumber: Kotler dan Amstrong (2008)
1.    Pengenalan Kebutuhan
Proses pembelian dimulai dengan pengenalan kebutuhan (need recognition) pembeli menyadari suatu masalah atau kebutuhan. Kebutuhan dapat di picu oleh rangasgan internal ketika salah satu kebutuhan normal seseorang akan merasa lapar dan haus timbul pada tingkat yang cukup tinggi sehingga menjadi dorongan. Kebutuhan juga bisa dipicu oleh rangsagan ekternal.
2.    Pencarian Informasi
Konsmen yang tertarik mungkin mencari lebih banyak informasi atau mungkin tidak. Jika dorongan konsumen itu kuat dan produk yang memuaskan ada di dekat konsumen. Jika tidak konsumen bias menyimpan kebutuhan itu dalam ingatannya atau melakuka pencarian infomasi yang berhubungan dengan kebutuhan. Sumber-sumber ini meliputi sumber pribadi (keluarga, teman, rekan), sumber komersil (iklan, wiraniaga, situs Web, peyaluran, kemasan, tampilan), sumber public (media massa dan pencarian internet), dan sumber pengalaman (penaganan, pemeriksaan, pemakain porduk).
3.    Evaluasi Altenatif
Ketika telah meilahat cara konsumen menggunakan informasi untuk samai pada sejumlah pilihan merek akhir. Bagaimana cara konsumen memeilih di antara merek alternative tersebut. Pemasaran harus tahu tentang evaluasi alternatif yaitu bagaimana konsumen memperoses informasi untuk sampai pada pilihan merek. Konsumen sampai padasikap terhadap merek yang berbeda melalui beberapa prosedur evaluasi. Bagaimana cara konsumen mengevaluasi alternatif bergantung pada konsumen pribadi dan situasi tertentu. Mengevaluasi kebutuhan dan membeli berdasarkan dorongan dan bergantung pada institusi. Kadangkadang konsumen mengambil keputusan pembelian sendiri atau meminta nasihat pembelian dari teman, pemandu konsumen, atau wiraniaga.
4.    Keputusan Pembelian
Pada umumnya, keputusan pembelian konsumen adalah membeli merek yang paliang di sukai, tetapi dua factor bisa berada antara niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain, apabila seseorang yang mempunyai arti penting bagi Anda berfikir bahawa Anda seharusnya mebeli suatu produk maka Anda akan menirunya. Faktor kedua adalah situasional yang tidak di harpakan. Konsumen mungkin membentuk niat pembelian berdasrakan faktorfaktor seperti pendapatan, harga, dan manfaat produk yang diharapkan namun kejadian tidak terduga bisa mengubah niat pembelian.
5.    Perilaku Pasca Pembelian
Setelah pembelian produk konsumen akan mersakan puas atau tidak puas dan terlibat dalam perilaku pasca pembelian yang harus diperhatikan oleh pemasar. Yang mentukan kepuasan atau ketidakpuasan pembeli terletak pada hubungan ekspektasi consumen dan kinerja produk.

2.3      Harga

2.3.1     Pengertian Harga

Harga menurut Kotler dan Amstrong (2007) adalah sejumlah uang yang ditukarkan untuk sebuah produk atau jasa. Lebih jauh lagi, harga adalah sejumlah nilai yang konsumen tukarkan untuk jumlah manfaat dengan memiliki atau menggunakan suatu barang atau jasa.
Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya (Swastha, 2000).
Sebagai salah satu elemen bauran pemasaran, harga membutuhkan pertimbangan cermat, sehubungan dengan sejumlah dimensi strategis harga berikut ini (Chandra, 2002) :
1.    Harga merupakan pernyataan nilai dari suatu produk (a statement of value). Nilai adalah rasio atau perbandingan antara persepsi terhadap manfaat (perceived benefits) dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan produk.
2.    Harga merupakan aspek yang tampak jelas (visible) bagi para pembeli. Tidak jarang harga dijadikan semacam indikator kualitas jasa.
3.    Harga adalah determinan utama permintaan. Berdasarkan hukum permintaan (the law of demand), besar kecilnya harga mempengaruhi kuantitas produk yang dibeli oleh konsumen. Semakin mahal harga, semakin sedikit jumlah permintaan atas produk yang bersangkutan dan sebaliknya.
4.    Harga berkaitan langsung dengan pendapatan dan laba. Harga adalah satu-satunya unsur bauran pemasaran yang mendatangkan pemasukan bagi perusahaan, yang pada gilirannya berpengaruh pada besar kecilnya laba dan pangsa pasar yang diperoleh.
5.    Harga bersifat fleksibel, artinya bisa disesuaikan dengan cepat. Dari empat unsur bauran pemasaran tradisional, harga adalah elemen yang paling mudah diubah dan diadaptasikan dengan dinamika pasar.
6.    Harga mempengaruhi citra dan strategi positioning. Dalam pemasaran jasa prestisius yang mengutamakan citra kualitas dan ekslusivitas, harga menjadi unsur penting. Harga yang mahal dipersepsikan mencerminkan kualitas yang tinggi dan sebaliknya.
7.    Harga merupakan masalah nomor satu yang dihadapi para manajer. Setidaknya ini ditunjukkan oleh adanya empat level konflik potensial menyangkut aspek harga :
a)    Konflik internal perusahaan.
b)    Konflik dalam saluran distribusi.
c)    Konflik dengan pesaing.
d)    Konflik dengan Lembaga Pemerintah dan Kebijakan Publik.
Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para pembeli, yaitu peranan alokasi dan peranan informasi.
a)    Peranan alokasi dari harga yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya belinya.
b)    Peranan informasi dari harga yaitu fungsi harga dalam menjaring konsumen mengenai faktor-faktor produk, misalnya kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi dimana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaatnya secara obyektif. Persepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi.

2.3.2     Tujuan Penetapan Harga

Terdapat lima macam tujuan penetapan harga menurut (Tjiptono, 2002)  dalam Dessy A. Sembiring yaitu:
1.    Tujuan yang berorientasi pada laba
Dalam prakteknya, harga ditentukan oleh penjual dan pembeli. Semakin besar daya beli konsumen, semakin besar pula kemungkinan bagi penjual untuk menetapkan tingkat harga yang lebih tinggi. Dengan demikian memiliki harapan untuk mendapatkan keuntungan maksimum sesuai dengan kondisi yang ada.
2.    Tujuan yang berorientasi pada volume
Untuk tujuan ini, perusahaan menetapkan harga sedemikian rupa agar dapat mencapai target volume penjualan atau pangsa pasar.
3.    Tujuan yang berorientasi pada citra
Perusahaan dapat menetapkan harga tertinggi untuk membentuk atau mempertahankan citra. Sementara itu harga rendah dapat digunakan untuk membentuk citra tertentu.


4.    Tujuan stabilisasi harga
Dalam pasar yang terdiri dari konsumen yang sangat peka terhadap harga, maka para pesaing akan menurunkan harga. Kondisi seperti ini yang mendasari terbentuk tujuan stabilisasi harga dalam industri-industri tertentu.
5.    Tujuan persaingan
Harga dapat pula ditetapkaan dengan tujuan mencegah masuknya persaingan, mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang, atau menghindari campur tangan pemerintah.

2.3.3     Faktor-faktor Dalam Penetapan Harga

Penetapan harga jual yang diajukan oleh perusahaan akan gagal bila berada terlalu tinggi untuk dapat menghasilkan permintaan dan bila terlalu rendah untuk menghasilkan keuntungan. Dua faktor dalam menentukan harga menurut Kotler dan Amstrong (2007):
1.    Penetapan harga berdasarkan nilai
Menetapkan harga berdasrakan persepsi nilai dari pembeli bukan dari biaya penjualan. Penetapan harga dengan nilai yang terbaik adalah menawarkan kombinasi yang tepat antara kualitas dan layanan yang baik pada harga yang wajar. Penetapan harga dengan nilai tambah adalah meletakan fitur dan layanan nilai tambah untuk membedakan penawaran perusahan dan untuk mendukung penetapan harga yang lebih tinggi.


2.    Penetapan haraga berdasarkan biaya
Penetapan haraga berdasarka biaya produksi, distribusi dan penjualan produk beserta tingkat pengembalain yang wajar sebagai imbalan bagi usaha dan resiko.
1)    Biaya tetap: Biaya yang tidak bervarasi sesuai dengan produksi atau tingkat penjualan.
2)    Biaya variabel: Biaya yang berubah secara langsung sesuai dengan tingkatan produksi.
3)    Biaya total: Jumlah dari biaya tetap dan variabel bagi tingkat produksi yang dihasilkan.

2.3.4     Setrategi Penyesuaian Harga

Penyesuian khusus terhadap harga meurut daftar harga (list price) terdiri atas diskon, allowance, dan penyesuaian geografis (Tjiptono, 2002) dalam Dessy A. Sembiring.
1.    Diskon
Adalah potongan harga yang diberikan oleh penjual kepada pembeli sebagai penghargaan atas aktifitas tertentu dari pembeli yang menyenangkan bagi pembeli.
a)    Diskon kuantitas
Merupakan potongan harga yang diberikan guna mendorong konsumen agar membeli dalam jumlah yang lebih banyak sehingga menigkatkan volume penjualan secara keseluruhan.


b)    Diskon musiman
Diskon musiman adalah potongan harga yang diberikan pada masamasa tertentu saja.
c)    Diskon kas
Merupakan potongan yang diberikan apabila pembeli membayar tunai barang-barang yang dibelinya atau membayarnya dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian transaksi.
d)    Potong Harga(Trade Discount)
Potongan harga merupakan salah satu kebijakan perusahaan dalam rangka menyesuaikan harga. Penyesuaian harga yang dilakukan oleh perusahaan akan berdampak pada omset penjualan terhadap produk yang ditawarkan kepada konsumen.
2.    Allowance
Merupakan pengurangan dari harga menurut daftar (list price) kepada pembeli karena adanya aktifitas-aktifitas tetentu yang dilakukan pembeli.
a)    Trade-in Allowance
Merupakan potongan yang diberikan dalam sistem tukar tambah.
b)    Promotional Allowance
Diberikan kepada setiap penjual dalam jaringan distribusi perusahaan yang melakukan aktifitas periklanan atau penjualan tertentu yang dapat mempromosikan produk produsen.
c)    Product Allowance
Adalah potongan harga yang diberikan kepada pembeli yang bersedia membeli barang dalam kondisi tidak normal. Misalnya produk belum jadi 100% atau yang sudah rusak dan produksi bulan kemarin.
3.    Penyesuaian geografis (Geographical Adjustment)
Merupakan penyesuaian terhadap harga yang dilakukan oleh produsen atau juga wholesaler sehubungan dengan biaya transportasi produk dari penjual ke pembeli. Biaya transportasi ini merupakan salah satu unsur penting dalam biaya variabel total, yang terutama akan menentukan harga akhir yang harus dibayar pembeli. Ada dua metode yang dapat digunakan untuk melakukan penyesuaian geografis yaitu:
a)    FOB origin pricing
FOB (Free On Board) berarti penjual menanggung semua biaya sampai pemuatan produk ke kendaraan pegangkut yang digunakan, dalam hal ini penjual menentukan lokasi pemuatan produk.
b)    Uniform Delivered Pricing
Dalam metode ini, harga yang ditetapkan penjual juga mencakup semua biaya transportasi. Penjual menentukan cara pengangkutan, menentukan biaya pengangkutan dan bertanggung jawab atas segala kerusakan yang mungkin terjadi.

2.3.5     Manfaat Penetapan Strategi Harga

Harga digunakan dalam berbagai cara dalam strategi penentuan posisi program pemasaran. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penetapan strategi harga adalah sebagai berikut:
1.    Isyarat bagi pembeli. Harga merupakan alat komunikasi dengan pembeli. Harga mungkin dipergunakan untuk memposisikan merek sebagai produk bermutu tinggi atau sebaliknya, untuk mengejar persaingan langsung dengan merek-merek lain.
2.    Instrumen persaingan. Harga merupakan suatu cara yang tepat untuk menyerang persaingan atau kemungkinan lain, untuk memposisikan suatu perusahaan di luar persaingan langsung.
3.    Memperbaiki kinerja keuangan. Harga dan biaya menentukan kinerja keuangan. Strategi penetapan harga dinilai berdasarkan dampak yang mungkin ditimbulkannya terhadap neraca keuangan perusahaan tersebut, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
4.    Pertimbangan bauran pemasaran. Peran harga kerapkali tergantung pada bagaimana variabel-variabel lain digunakan dalam bauran pemasaran. Misalnya, harga dapat digunakan sebagai insentif bagi anggota-anggota saluran dan armada penjualan.

2.3.6     Hubungan Harga dengan Keputusan Pembelian

Harga merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen. Strategi penetapan harga sangat penting untuk menarik perhatian konsumen. Harga merupakan hal yang dapat dikendalikan dan menentukan diterima atau tidaknya suatu produk oleh konsumen. Murah atau mahalnya harga suatu produk sangat relatif sifatnya. Oleh karena itu, perlu dibandingkan terlebih dahulu dengan harga produk serupa yang diproduksi atau dijual oleh perusahaan lain.
Perusahaan harus selalu memonitor harga yang ditetapkan oleh para pesaing, agar harga yang ditentukan oleh perusahaan tersebut tidak terlalu tinggi atau rendah. Sehingga dapat disimpulkan perusahaan harus menetapkan harga yang kompetitif, dimana harga tersebut dipandang layak, terjangkau dan bersaing, yang diharapkan dapat meningkatkan dan meyakinkan konsumen ketika melakukan pembelian. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa harga yang kompetitif mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.
Apabila konsumen menerima harga yang telah ditetapkan, maka produk tersebut akan laku, sebaliknya bila konsumen menolaknya maka harga tersebut perlu ditinjau kembali. Dengan demikian, semakin kompetitif perusahaan dalam menentukan penetapan harga maka konsumen akan semakin yakin dalam melakukan pembelian.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Muchammad Chusnul Akrom (2013) yang berjudul Pengaruh Kemasan, Harga Dan Promosi Terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen Kripik Paru Umkm Sukorejo Kendal menyatakan harag berpengaruh terhadap proses keputusan pembelian diterima ini berarti semakin baik harga berakibat pada semakin banyak proses keputusan pembelian.

2.4      Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang dirasa relevan dengan penelitian ini dan dapat dijadikan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai beikut :


Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
Judul Penelitian
Peneliti dan Tahun Penelitian
Hasil penelitian
1
Pengaruh pelaksanaan bauran pemasaran terhadap proses keputusan pembelian konsumen pada jamu di banda Aceh.
Rusydi Abubakar (2005)
Pengaruh pelaksanaan bauran pemasaran terhadap proses keputusan pembelian konsumen pada jamu di banda Aceh.
2
pengaruh Harga dan diskon terhadap keputusan pembelian konsumen pada Ramayana Departement Store Yogyakarta
Agung Nugroho (2005)
harga dan diskon berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian konsumen di Ramayana Departement Store.
3
Pengaruh Inovasi Produk Dan Harga Terhadap Minat Beli Mie Sedaap Cup.
Bayu Hendrawan Suroso Dan Sri Setyo Iriani (2014)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa inovasi produk dan harga secara simultan mempengaruhi minat beli Mie Sedaap Cup sebesar 65,9 %

Penelitian terdahulu bertujuan untuk memperkuat hasil dari penelitian yang sedang dilakukan, selain itu juga bertujuan untuk membandingkan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya

2.5      Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir yang diajukan dalam penelitian ini berdasarkan pada hasil teori yang telah diuraikan diatas. Untuk lebih memudahkan pemahaman mengenai kerangka pemikiran dalam penelitian ini, maka dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2.2
Harga ( X )
·         Diskon
·         Allowance
·         Penyesuaian geografis (Geographical Adjustment)



Sumber :
Kotler, Amstrong dan Tjiptono
Keputusan Pembelian ( Y )
·         Pengenalan Kebutuhan
·         Pencarian Informasi
·         Evaluasi Alternatif
·         Keputusan Pembelian
·         Perilaku pasca pembelian


Sumber:
Kotler dan Amstrong
Kerangka Berpikir



  

                 

2.6      Hipotesis

Sugiyono (2007) menyimpulkan hipotesis diartikan sebagai suatu jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Hipotesis yang diajukan sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Harga berpengaruh terhadap proses keputusan pembelian Di Toko Pia Saronde
 BAB III
METODE PENELITIAN

3.1      Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat yang akan menjadi objek penelitian ini adalah Pia Saronde Khas Gorontalo dan penelitian ini berlangsung selama 1 bulan

3.2      Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jennies penelitian deskriptif dengan model penelitian kuantitatif serta dilakukan uji statistik dengan menggunakan analisis regresi sederhana untuk melihat apakah terdapat pengaruh harga terhadap proses keputusan pembelian pia saronde khas Gorontalo.
X
(Harga)
Y
( Keputusan Pembelian )
Dengan pendekatan ini akan diperoleh informasi mengenai masalah-masalah yang akan diteliti, sehingga dapat digambarkan masalah yang akan dihadapi perusahaan khususnya Pengaruh harga terhadap keputusan pembelian pia saronde khas Gorontalo.


Gambar 3.1 Desain penelitian

3.3      Variabel Penelitian

a.    Variabel idependent (X) : Harga
Harga merupakan variabel bebas yang mempengaruhi variabel Y (Keputusan Pembelian)
b.    Variabel dependent (Y) : Keputusan Pembelian
Keputusan Pembelian merupakan variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabel X (Harga)
Tabel 3.1
Operasional Variabel Penelitian
No
Variabel Penelitian
Dimensi Penelitian
Indikator Penelitian
Skala
Sumber
1
Harga (X)
Diskon
·         Diskon kuantitas
·         Diskon musiman
·         Diskon kas
·         Potong Harga(Trade Discount)
Ordinal
Kotler, Amstrong dan Tjiptono
Allowance
·         Trade-in Allowance
·         Promotional Allowance
·         Product Allowance
Ordinal
Penyesuaian geografis (Geographical Adjustment)

·         FOB origin pricing
·         Uniform Delivered Pricing
Ordinal
2
Keputusan Pembelian
Pengenalan Kebutuhan
·         Faktor Internal (Rasa Lapar dan Haus)
·         Faktor eksternal
Ordinal
Kotler dan Amstrong (2008)
Pencarian Informasi
·         Sumber Pribadi
·         Sumber Komersil
·         Sumber Publik
·         Sumber Pengalaman
Ordinal
Evaluasi Alternatif
·         Berdasarkan dorongan
·         Bergantung pada institusi
·         Mengambil ketusan sendiri
·         Meminta nasihat
Ordinal
Keputusan Pembelian
·         Sikap Orang lain
·         Situasional yang tidak diharapkan
Ordinal
Perilaku pasca pembelian
·         Ekspetasi konsumen
·         Kinerja produk
Ordinal

3.4      Populasi dan Sampel

3.4.1     Populasi

Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang menjadi pusat perhatian seorang peneliti karena itu dipandang sebagai sebuah semesta penelitian (Sugiyono 2008). Dalam penelitian ini yang di jadikan populasi adalah konsumen pia saronde yang pernah membeli produk pia saronde. Oleh karena itu akan digunakan sampel penelitian karena jumlah pembeli pia saronde yang tidak diketahui. Maka populasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah Infinite populasi.

3.4.2     Sampel

Menurut Sugiyono (2011) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Untuk penelitian ini populsinya tidak diketahui atau infinite,  Maka untuk menentukan besarnya jumlah sampel konsumen digunakan rumus sebagai berikut, (Rao Purba dalam Suroso, 2014)
𝑧2
4(𝑀𝑜𝑒)2

n =
Dimana:
n          = Jumlah Sampel
Z          = Tingkat Distribusi Normal
Moe    = Margin of Error Max,
Dengan tingkat keyakinan sebesar 95% atau Z= 1,96 dan Moe= 10% (0,1) maka:
1.962
4(0.1)2

 

n =     
n = 96,04  dan dibulatkan menjadi 96
Berdasarkan rumus diatas dapat diperoleh sampel dari populasi sebanyak 96 orang.

3.5      Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.5.1     Kuesioner

Kuesioner (questionnaire) adalah daftar pertanyaan yang mencakup semua pernyataan dan pertanyaan yang akan digunakan untuk mendapatkan data, baik yang dilakukan melalui telepon, surat atau bertatap muka. Daftar pertanyaan tertulis yang akan diisi oleh responden yang terdiri dari pertanyaan tentang kemasan produk, harga dan promosi untuk mengetahui sejauh mana kemasan produk, harga dan promsi tersebut mempengaruhi keputusan pembelian. Metode pengukuran pada Kuesioner ini menggunakan skala likert. Adapun gradasi nilai pengukuran dari 1 sampai 5, dengan alternatif jawaban: Sangat tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Netral (N), Setuju (S) dan Sangat Setuju (SS) di mana setiap jawaban diberi skor masing– masing sebagai berikut (Ferdinand, 2011:250):
1.    Jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1
2.    Jawaban Tidak Setuju (S) diberi skor 2
3.    Jawaban Netral (N) diberi skor 3
4.    Jawaban Setuju (S) diberi skor 4
5.    Jawaban Sangat Setuju (SS) diberi skor 5

3.5.2     Wawancara

Selain kuesioner, juga teknik wawancara untuk mendukung akurasi dan kelengkapan kuesioner tersebut. Wawancara juga digunakan untuk memperluas pandangan peneliti tentang data-data lain yang mungkin tidak bias didapatkan dari kuuesioner. Data disini lebih pada data internal perusahaan yang mungkin kurang diketahui oleh sampel. Selain itu wawancara juga digunakan untuk melengkapi data yang terkumpul melalui kuesioner.

3.5.3     Studi Kepustakaan

Studi Kepustakaan dilakukan dengan cara mencari dan menelaah terhadap data dan literatur atau teori yang sudah ada kemudian dipakai untuk menjadi pendukung penelitian. Literatur ini bisa diperoleh dari buku, majalah, jurnal, dan dari berbagai macam artikel.

3.5.4     Observasi

Dilakukan dengan mengadakan mengamatan langsung ke objek penelitian. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data yang mendukung hasil wawancara dan kuisioner.

3.6      Teknik Analisis Data

3.6.1     Uji Validitas

Suharsimi (2010) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Dimana menurut Suharsimi (2010), r hitung dapat ditentukan dengan rumus:
n (∑x) – (∑y)
√n (n∑x2 – (∑n)2) (n∑y2 – (∑y)2)
 

r =

Dimana :
r = Nilai validitas atau kooefisien korelasi
x = Skor kuesioner atau item
y = Skor total atau total variabel
n = Banyaknya sampel
Selanjutnya pengukuran uji validitas dapat dilakukan dengan cara
membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df) =n – 2, dimana n adalah jumlah responden. Untuk mengukur valid tidaknya instrumen ditentukan dengan cara mengkonsultasikan hasil perhitungan
koefisien dengan nilai tabel koefisien pada taraf signifikasi 5% atau taraf
kepercayaan 95%. Suatu pertanyaan atau indikator dikatakan valid jika.
(Ghozali, 2011):
a)    Apabila r hitung > r tabel = Valid
b)    Apabila r hitung < r tabel = Tidak Valid

3.6.2     Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2007) reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel (handal) jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu kewaktu.  Alat ukur yang akan digunakan adalah dengan uji statistik cronbach alpha   
      K . r
1 + (k – 1) r
     

Suatu variabel dikatakan realibel (handal) jika memiliki Cronbach Alpha > 0,6
Tabel 3.2 : Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha
No
Alpha
Tingkat Reliabilitas
1
2
3
4
5
0,00 S.d 0,20
>0,20 S.d 0,40
>0,40 S.d 0,60
>0,60 S.d 0,80
>0,80 S.d 1,00
Kurang Reliabel
Agak Reliabel
Cukup Reliabel
Reliabel
Sangat Reliabel

3.6.3     Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ,variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak.Model regresi yang baik harus memiliki distribusi data normal atau penyebaran data statistik pada sumbu diagonal dari grafik distribusi normal. Sedangkan dasar pengambilan keputusan untuk uji normalitas data adalah (Ghozali, 2011):
1.    Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2.    Jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas

3.6.4     .Analisis Regresi Sederhana

Hasil pengumpulan data akan dihimpun setiap variabel sebagai suatu nilai dari setiap responden dan dapat dihitung melalui program SPSS. Metode penganalisaan data menggunakan perhitungan statistik dan program SPSS untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan apakah dapat diterima atau ditolak. Dalam penelitian ini perhitungan statistik menggunakan Model Analisis Regresi Sederhana dengan persamaan sebagai berikut :
Ŷ = a + bx

Keterangan :
Ŷ = Vaariabel Dependent
a = Konstanta
b = Koofisien regresi
x = Variabel idependent

3.7      Uji Hipotesis

3.7.1     Uji Parsial (Uji T)

Untuk menentukan koefisien spesifik yang mana yang tidak sama dengan nol, uji tambahan diperlukan yaitu dengan menggunakan uji t. Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2005 ). Signifikansi koefisien parsial ini memiliki distribusi t dengan derajat kebebasan n-k-1, dan signifikan pada α= 0,05. Dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut :
1.    Bila thitung > ttabel  maka (H0) ditolak dan hipotesis (Ha) diterima.
2.    Bila thitung < ttabel maka(H0) diterima dan hipotesis (Ha) ditolak.

3.7.2     Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk mempredikdi variasi variabel dependen (Ghozali, 2011). Angka dari R square didapat dari pengolahan data melalui program SPSS yang bias dilihat pada tabel model SUMMARY kolom R square.

3.8      Hipotesis Statistik

Hipotesis yang dipakai dalam penelitian ini adalah :
Ho  :  Harga tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian di Toko pia
saronde
Ha : Harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian di Toko pia
saronde 

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Iful dan Satrio. 2015. Pengaruh Harga Dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian. Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen, | Volume 4 No 12
Budiyono & Bernard, N.M. 2004. Studi Mengenai Pengembangan Strategi Produk. Jurnal Sains Pemasaran Indonesia, | Volume 3 No 2
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi .Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro.
Kotler, Philip Dan Amstrong. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Edisi Ke 12. Jilid Ii. Jakarta: Erlangga.
Kotler, Philip, 2007. Manajemmen Pemasaran. Edisi Keduabelas (Edisi Indonesia), Jilid 1, Alih Bahasa Benyamin Molan. Jakarta: Indeks
M. Mursidi. 2006.  Manajemen Pemasaran. Jakarta : Bumi Aksara
Muchammad Chusnul Akrom. 2013. Pengaruh Kemasan, Harga Dan Promosi Terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen Kripik Paru Umkm Sukorejo Kendal. Skripsi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Sembiring  A. Dessy. 2014 Pengaruh Iklan Dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Yamaha Mio (Studi Pada Pt. Yamaha Mataram Sakti Di Kota Semarang) Jurnal Manajemen Pemasaran Vol. 3 No. 1
Seland  A.D. Christian. 2013 Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Pengaruhnya Terhadap Loyalitas Konsumen Pada Fresh Mart Bahu Mall Manado. Jurnal EMBA | Volume.1 Nomor 3
Sugiyono. 2007. Statistik Nonparametris Untuk Penelitian. Bandung :
               . 2008. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Supranto, J. dan Nandan L. 2007. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran untuk Memenangkan Persaingan Bisnis. Jakarta: Mitra wacana media.
Suroso H. Bayu Dan  Iriani S. Sri. 2014 Pengaruh Inovasi Produk Dan Harga Terhadap Minat Beli Mie Sedaap Cup. Jurnal Ilmu Manajemen | Volume 2  No. 4
Swastha, Basu. 2000. Azas-azas Marketing. Liberty. Yogyakarta.
Winny Gayatri. 2013.  Penentuan Harga Jual Produk Dengan Metode Cost Plus Pricing Pada Pt.Pertani (Persero) Cabang Sulawesi Utara Jurnal Emba | Volume.1 No.4
Yohana F. Cahya Palupi Meilani. 2012.  Faktor Yang Mempengaruhi Minat Beli Produk Makanan Dan Minuman Usaha Kecil Menengah Kabupaten Tangerang. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, | Volume 14, No. 2.
http:// WordPress.com//Peran Inovasi dalam Pemasaran._humasur. html diakses pada 20-01-2017.