contoh proposa penelitian manajemen pemasaran,,,,
untuk yang mau copas silaahkan,,,,,
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam era globalisasi ini, jumlah merek dan produk
yang bersaing dalam pasar menjadi sangat banyak sehingga konsumen memiliki
ragam pilihan dan alternatif produk dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhannya
dan berhak memilih sesuai yang konsumen inginkan. Dengan adanya persaingan yang
terjadi, hal tersebut menuntut para pelaku bisnis untuk mengeluarkan segala
kemampuan yang mereka miliki agar dapat bersaing di pasar.
Dalam menjalankan bisnisnya, pelaku usaha selalu
dihadapkan pada situasi yang berubah-ubah sesuai dengan siklus kehidupan
perusahaan. Dimana situasi yang berubah-ubah disebabkan karena sekarang ini
banyak usaha-usaha yang sejenis berkembang, sehingga konsumen memiliki ragam
pilihan dan alternatif produk dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhannya dan
berhak memilih sesuai yang konsumen inginkan. Dengan adanya persaingan yang
terjadi, hal tersebut menuntut para pelaku bisnis untuk mengeluarkan segala
kemampuan yang mereka miliki agar dapat bersaing di pasar
Setiap pelaku usaha dituntut untuk memiliki kepekaan
terhadap setiap perubahan yang terjadi agar dapat memenuhi permintaan konsumen.Untuk
memenuhi setiap permintaan-permintaan yang berbeda, hal tersebut yang menjadi alasan mengapa
perusahaan harus mempelajri dan memahami perilaku konsumen mereka. Antara
konsumen yang satu dengan konsumen yang lain tidak seluruhnya memiliki perilaku
yang sama oleh karena itu diperlukan penanganan yang seoptimal mungkin sehingga
konsumen akan merasa puas dan perusahaan akan tetap bertahan.
Dengan mendapatkan pemahaman konsumen yang menyeluruh
dan mendalam, akan membantu memastikan bahwa produk yang tepat dipasarkan pada
konsumen yang tepat dengan cara yang tepat (Kotler dan Keller, 2009). Selain
dapat memahami perilaku konsumen atau perusahaannya, perilaku konsumen juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor eksternal maupun internal
sehingga menimbulkan minat beli pembelian bagi para konsumen sebelum menetapkan
keputusan pembelian.
Menurut Kotler
dan Armstrong (2008), keputusan pembelian konsumen adalah membeli merek yang
paling disukai dari berbagai alternatif yang ada, tetapi ada beberapa faktor
yang mempengaruhi keputusan pembelian, salah satunya adalah harga.
Harga adalah sejumlah uang yang ditukarkan untuk
sebuah produk atau jasa. (Kotler dan Amstrong. 2001). Jika konsumen menganggap
bahwa harga lebih tinggi dari nilai produk, maka konsumen tersebut mungkin
tidak akan membeli produk itu kembali. Jika konsumen menganggap harga berbeda
dibawah nilai produk atau sesuai dengan manfaat, maka konsumen tersebut
memungkinkan akan membelinya kembali.
Harga
adalah satu-satunya unsur dalam berbagai unsur bauran pemasaran yang akan
mendatangkan laba bagi perusahaan. Dalam pengertian strategi harga, harga
merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan dalam perusahaan
yang berfungsi menciptakan keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Namun, hal
itu seringkali terbentur pada kebijakan penetapan harga.
Penetapan
harga oleh perusahaan harus disesuaikan dengan situasi lingkungan dan perubahan
yang terjadi terutama pada saat persaingan yang semakin ketat dan perkembangan
permintaan yang terbatas. Dalam iklim persaingan yang ketat seperti sekarang
ini, perusahaan harus memperhatikan faktor harga, karena besar kecilnya harga
yang ditetapkan akan sangat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam bersaing
dan juga mampu mempengaruhi konsumen untuk membeli produknya. Agar lebih
kompetitif di pasar, perusahaan dapat mempertimbangkan harga pesaing sebagai
pedoman dalam menentukan harga jual produknya.
Salah satu bidang bisnis
yang merasakan ketatnya persaingan saat ini adalah bisnis di bidang Bakery.
Banyaknya Bakery yang hadir di kota Gorontalo membuat persaingan di bidang
bisnis tersebut semakin ketat, karena disebabkan oleh banyaknya ragam pilihan
hidangan dengan variasi bentuk serta rasa, tekstur, harga yang sesuai dengan
kualitas produk yang dihadirkan.
Salah satu Bakery yang mampu bertahan
serta bersaing di pasar hingga saat ini adalah Toko Pia Saronde yang telah
menjadi tempat favorit warga Gorontalo maupun luar kota untuk membeli beragam
jenis pia, roti dan kue serta oleh-oleh khas Gorontalo lainnya. Toko Pia
Saronde ini awal mulanya didirikan berdasarkan atas ide, Bapak Yunan P.A Harahap Toko Pia Saronde yang bertempat Jl. Sultan
Botutihe 29 Kota Gorontalo Depan Gorontalo Mall, menyediakan beragam banyak
pilihan, mulai dari kue pia, roti basah, roti kering, keripik, dan juga
berbagai macam jajanan pasar.
Dengan semakin berkembangnya bisnis di
bidang usaha Bakery di Gorontalo, pihak Toko Pia Saronde harus berjuang keras
dalam mempertahankan pelanggan yang sudah ada. Hal tersebut sangat penting
karena adanya persaingan yang sangat ketat dari para pelaku bisnis bakery
lainnya, yang masing-masing pelaku bisnis berusaha menampilkan ciri-ciri produk
yang dihasilkan, karakter dan identitas toko, kualitas dan keunggulan produk
mulai dari kelezatan, varian rasa toping roti, variasi ukuran dan bentuk,
ketebalan dan tekstur yang berbeda dari outlet toko lainnya.
Ada beberapa orang yang mungkin belum
mengenal Toko Pia Saronde ini dengan baik, yang memiliki anggapan bahwa pia,
roti, dan jajanan pasar yang dijual tersebut harganya mahal, padahal anggapan
tersebut belum tentu benar adanya karena ragam pilihan pia, roti, dan jajanan
pasar yang tersedia di dalam toko tersebut dijual dengan harga yang sangat
terjangkau namun tetap memperhatikan jaminan kualitas produknya yang terbaik,
serta yang terutama adalah memberikan pelayanan yang terbaik kepada setiap
konsumen yang datang langsung ke toko untuk membeli produk, maupun konsumen yang
memesan lewat telepon.
Pihak manajemen perusahaan harus
melakukan sebuah perubahan dengan menghadirkan inovasi baru yang lebih segar
lagi agar dapat memenuhi keinginan dan harapan konsumen, yang pada akhirnya
akan member rasa percaya konsumen untuk melakukan pembelian kembali terhadap
produk toko pi saronde serta merekomendasikan kepada pihak lain secara orang
perorangan.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik
untuk melakukan penelitian yang berjudul. ‘‘Pengaruh
Harga Terhadap Keputusan Pembelian DI Toko Pia Saronde’’
1.2 Identifikasi Masalah
·
Konsumen semakin banyak memiliki alternative untuk
membandingkan sebelum melakukan pembelian
·
Konsumen beranggapan harga yang diberikan sangat mahal
·
Pihak
manajemen perusahaan harus melakukan sebuah perubahan dengan menghadirkan
inovasi baru
·
Harga yang ditetapkan harus sesuai dengan mutu produk
·
Produsen harus memperhaatikan konsumen dan
pesaingnya dalam menetapkan harga
·
Produsen harus mempelajri dan memahami perilaku konsumen mereka.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan tersebut
maka penulis membuat rumusan masalah dala penelitian ini sebagai berikut “ Apakah
terdapat pengaruh harga terhadap keoutusan pembeliah Pia Saronde ”.
1.4 Tujuan Penelitian
Yang menjadi tujuan penelitian ini
adalah “ Untuk mengetahui pengaruh harga terhadap keputusan pembeliah Pia Saronde
”
1.5 Manfaat
Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari
penelitian ini adalah:
1.
Manfaat teoritis.
a. Bagi
peneliti.
Penelitian
ini bermanfaat untuk memperdalam dan mengaplikasikan teori pemasaran yang sudah
diperoleh, terutama mengenai kemasan, harga dan promosi. Selain itu sebagai
sarana dalam meningkatkan kompetensi dan mengembangkan wawasan keilmuan dalam
membuat sebuah produk makanan ringaan harus mengerti yang dibutuhkan oleh konsumen.
b.
Bagi pembaca.
Bagi
pembaca diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi tambahan mengenai
ilmu-ilmu pemasaran khususnya kemasan, harga, promosi dan proses keputusan
pembelian.
2. Manfaat
praktis
a. Bagi
usaha kecil menegah.
Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak UKM sebagai pertimbangan
dalam membuat sebuah produk makanan ringan/cemilan harus memperhatikan harga
yang akan memepngaruhi proses keputusan pembelian konsumen.
b.
Bagi konsumen
Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada konsumen agar lebih mengenalkan
produk makann ringan/cemilan UKM Gorontalo yang selalu menerapkan harga yang
tepat mengena langsung pada konsumen.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Perilaku
Konsumen
2.1.1 Pengetian
Perilaku Konsumen
Menurut Engel, Blackwell
dan Miniard, 1993 dalam Ujang Sumarwan Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam
mendapatkan, mengkonsumsi, menghabiskan produk
dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli
tindakan tersebut.
Menurut Kotler (2005) perilaku konsumen itu sendiri
dipengaruhi oleh beberpa faktor antara lain :
1. Faktor Kebudayaan
Kebudayaan merupakan penentu keinginan dan
perilaku yang paling mendasar untuk mendapatkan nilai, persepsi, preferensi dan
perilaku dari lembaga-lembaga penting lainnya. Faktor kebudayaan memberikan
pengaruh paling luas dan dalam pada tingkah laku konsumen. Pemasar harus
mengetahui peran yang dimainkan oleh:
a. Budaya
Budaya adalah keseluruhan
yang kompleks meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, kebiasaan,
dan setiap kemampuan dan kebiasaan yang di peroleh oleh setiap orang sebagai
anggota masyarakat termasuk dalam budaya ini adalah pergeseran budaya serta
nilai nilai dalam keluarga.
b. Subbudaya
Sub budaya adalah
sekelompok orang dengan sistem nilai terpisah berdasarkan pengalaman dan
situasi kehidupan yang umum. Sub budaya termasuk nasionalitas, agama, kelompok
ras, dan wilayah geografis.
c. Kelas
Sosial
Kelas
sosial adalah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam suatu
masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan yang keanggotaannya mempunyai
nilai, minat, dan perilaku yang serupa.
2. Faktor-Faktor social
Kelas
sosial merupakan Pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen yang
tersusun secara hierarkis dan yang anggotanya menganut nilai-nilai, minat, dan perilaku
yang serupa. Kelas sosial ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti
pendapatan, tetapi diukur sebagai kombinasi dari pekerjaan, pendapatan,
pendidikan, kekayaan dan variabel lain. Dalam beberapa sistem sosial, anggota
dari kelas yang berbeda memelihara peran tertentu dan tidak dapat mengubah
posisi sosial mereka. Tingkah laku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor
sosial, yaitu:
a.
Kelompok Referensi
Kelompok
adalah dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai sasaran individu
atau bersama. Beberapa merupakan kelompok primer yang mempunyai interaksi
reguler tapi informal-seperti keluarga, teman, tetangga dan rekan sekerja.
Beberapa merupakan kelompok sekunder, yang mempunyai interaksi lebih formal dan
kurang reguler. Ini mencakup organisasi seperti kelompok keagamaan, asosiasi
profesional dan serikat pekerja.
b.
Keluarga
Keluarga
adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan
telah diteliti secara mendalam, pemasar tertarik dalam peran dan pengaruh
suami, istri dan anak-anak pada pembelian berbagai produk dan jasa.
c.
Peran dan Status
Peran
terdiri dari aktivitas yang diharapkan dilakukan seseorang menurut orang-orang
yang ada disekitarnya. Setiap peran membawa status yang mencerminkan
penghargaan yang diberikan oleh masyarakat. Orang seringkali memilih produk
yang menunjukkan statusnya dalam masyarakat.
3. Faktor Pribadi
Faktor pribadi
didefinisikan sebagai karakteristik psikologis seseorang yang berbeda dengan
orang lain yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama
terhadap lingkungan.
Keputusan membeli juga
dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, yaitu:
a.
Umur dan tahapan dalam siklus
hidup
Orang
mengubah barang dan jasa yang mereka beli selama masa hidupnya. Selera akan
makanan, pakaian, perabot dan rekreasi sering kali berhubungan dengan umur.
Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap yang mungkin
dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya. Pemasar seringkali
menentukan sasaran pasar dalam bentuk tahap daur hidup dan mengembangkan produk
yang sesuai serta rencana pemasaran untuk setiap tahap.
b.
Pekerjaan
Pekerjaan
seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Pemasar berusaha
mengenali kelompok pekerjaan yang mempunyai minat di atas rata-rata akan produk
dan jasa mereka. Sebuah perusahaan bahkan dapat melakukan spesialisasi dalam
memasarkan produk menurut kelompok pekerjaan tertentu.
c.
Situasi ekonomi
Situasi
ekonomi sekarang akan mempengaruhi pilihan produk. Pemasar produk yang peka
terhadap pendapatan mengamati kecenderungan dalam pendapatan pribadi, tabungan
dan tingkat minat. Bila indikator ekonomi menunjukkan resesi, pemasar dapat
mengambil langkah-langkah untuk merancang ulang, memposisikan kembali dan
mengubah harga produknya.
d.
Gaya hidup
Pola
kehidupan seseorang yang diwujudkan dalam aktivitas (pekerjaan, hobi,
berbelanja, olahraga, kegiatan sosial), minat (makanan, mode, keluarga,
rekreasi) dan opini yang lebih dari sekedar kelas sosial dan kepribadian
seseorang, gaya hidup menampilkan pola bereaksi dan berinteraksi seseorang
secara keseluruhan di dunia.
e.
Kepribadian dan Konsep Diri
Kepribadian
setiap orang jelas mempengaruhi tingkah laku membelinya. Kepribadian mengacu
pada karakteristik psikologi unik yang menyebabkan respons yang relatif konsisten
dan bertahan lama terhadap lingkungan dirinya sendiri. Kepribadian biasanya
diuraikan dalam arti sifat-sifat seperti rasa percaya diri, dominasi, kemudahan
bergaul, otonomi, mempertahankan diri, kemampuan menyesuaikan diri, dan
keagresifan. Kepribadian dapat bermanfaat untuk menganalisis tingkah laku
konsumen untuk pemilihan produk atau merek tertentu.
4.
Faktor Psikologis
Faktor
psikologis sebagai bagian dari pengaruh lingkungan dimana ia tinggal dan hidup
pada waktu sekarang tanpa mengabaikan pengaruh dimasa lampau atau antisipasinya
pada waktu yang akan dating Pilihan barang yang dibeli seseorang lebih lanjut
dipengaruhi oleh faktor psikologi yang penting:
a.
Motivasi
Para
peneliti motivasi mengumpulkan informasi mendalam dari sekelompok kecil sampel
konsumen untuk mengetahui motif yang lebih dalam untuk pilihan-pilihan produk
mereka. Mereka menggunakan wawancara mendalam tanpa arahan dan berbagai macam
“teknik proyektif” untuk menanggalkan penjagaan ego yaitu teknik-teknik seperti
asosiasi kata, penyelesaian kalimat, interpretasi gambar dan bermain peran.
Para peneliti motivasi telah mendapatkan kesimpulan-kesimpulan yang menarik dan
kadang-kadang aneh tentang apakah yang ada dibenak konsumen sehubungan dengan
pembelian tertentu. Meskipun kadang-kadang menghasilkan kesimpulan-kesimpulan
aneh, riset motivasi tetap bermanfaat sebagai alat bagi para pemasar untuk
memahami perilaku konsumen secara lebih dalam.
b.
Persepsi
adalah
proses yang dilalui orang dalam memilih, mengorganisasikan dan
mengintepretasikan informasi guna membentuk gambaran yang berarti mengenai
dunia. Seseorang yang termotivasi siap untuk bertindak. Bagaimana orang
tersebut bertindak dipengaruhi oleh persepsinya mengenai situasi.
c. Pengetahuan
Pembelajaran menggambarkan perubahan dalam tingkah
laku individual yang muncul dari pengalaman. Pentingnya praktik dari teori
pengetahuan bagi pemasar adalah mereka dapat membentuk permintaan akan suatu
produk dengan menghubungkannya dengan dorongan yang kuat, menggunakan petunjuk
yang membangkitkan motivasi, dan memberikan peranan positif.
d. Keyakinan
dan sikap
Melalui tindakan dan pembelajaran, orang
mendapatkan keyakinan dan sikap. Keduanya ini, pada waktunya mempengaruhi
tingkah laku membeli. Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dimiliki
seseorang mengenai sesuatu. Keyakinan didasarkan pada pengetahuan yang
sebenarnya, pendapat atau kepercayaan dan mungkin menaikkan emosi atau mungkin
tidak.
Pemasaran tertarik pada keyakinan bahwa orang yang
merumuskan mengenai produk dan jasa spesifik, karena keyakinan ini menyusun
citra produk dan merek yang mempengaruhi tingkah laku membeli yang mempengaruhi
tingkah laku membeli. Bila ada sebagian keyakinan yang salah dan menghalangi
pembelian, pemasar pasti ingin meluncurkan usaha untuk mengkoreksinya.
Sikap menguraikan evaluasi, perasaan dan
kecenderungan dari seseorang terhadap suatu obyek atau ide yang relatif
konsisten. Sikap menempatkan orang dalam suatu kerangka pemikiran mengenai
menyukai atau tidak menyukai sesuatu mengenai mendekati atau menjauhinya.
Menurut Kotler (2005) : Keyakinan adalah pemikiran
deskriptif yang dimiliki seseorang mengenai sesuatu. Keyakinan ini mungkin
didasarkan pada pengetahuan sebenarnya, pendapat atau kepercayaan dan mungkin
menaikkan emosi dan mungkin tidak.
2.2 Keputusan
Pembelian
2.2.1 Pengertian
Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian adalah proses pengambilan
keputusan konsumen dalam mengonsumsi produk dan aktifitas individu. Hal ini
berkaitan dalam usahanya memenuhi kebutuhan dengan tahap yang dilibatkan dalam
mengevaluasi, memperoleh dan menggunakan produk. Keputusan pembelian merupakan
suatu proses pengambilan keputusan akan pembelian yang mencakup penentuan apa
yang akan dibeli atau tidak melakukan pembelian dan keputusan itu diperoleh
dari kegiatan-kegiatan sebelumnya (Sofjan Assauri,2004 dalam Dessy. A.Sembiring, dkk)
Susanto (1997) dalam Bayu Hendrawan S, dkk menjelaskan bahwa individu yang mempunyai
minat membeli, menunjukkan adanya perhatian dan rasa senang terhadap barang
tersebut. Adanya minat individu ini menimbulkan keinginan sehingga timbul perasaan yang menyakinkan
dirinya bahwa produk tersebut mempunyai manfaat bagi dirinya dan apa yang
menjadi minat individu ini dapat diikuti oleh suatu keputusan yang akhirnya
menimbulkan realisasi berupa keputusan pembelian.
Menurut Kotler dan Keller (2007) mengatakan bahwa
keputusan pembelian bagi para konsumen melalui lima tahapan, yaitu pengenalan
masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan
perilaku pasca pembelian, dengan demikian jelaaskan bahwa proses pembelian
dimulai jauh sebelum pembelian actual dilakukan dan memiliki dampak yang lama
setelah itu.
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keputusan pembelian merupakan kegiatan
pemecahan masalah yang dilakukan individu dalam pemilihan alternatif perilaku
yang sesuai dari dua alternatif perilaku atau lebih dan dianggap sebagai
tindakan yang paling tepat dalam membeli dengan terlebih dahulu melalui tahapan
proses pengambilan keputusan.
2.2.2 Dimensi
Keputusan Pembelian
J. Supranto, dkk (2007), mengatakan bahwa motif
pembelian atau keputusan pembelian, dengan dua dimensi keputusan pembelian atau
motif pembelian, yaitu :
1. Manifest
Motives : yaitu suatu motif atau minat yang sesuai dengan sistem nilai yang
sedang berlaku di masyarakat, seperti : produk sedang ngetren, kawannya sedang
memakai produk tersebut, produk tersebut cocok untuk dirinya: mampu
membelinnya, prestise,
2. Latent
Motives : yaitu suatu motif atau keputusan pembelian bagi seseorang yang mana
sebagai konsumen segan untuk mengakuinya karena merasa malu untuk berterus
terang, seperti : semua manfaat diperoleh jika mengkonsumsi produ tersebut,
merasa lebih sehat jika mengkonsumsi produk tersebut, merasa dirinya telah
sukses, menjadi lebih kuat, mempesona.
Menurut Ferdinan (2002) dalam Dwintyanti, (2008),
keputusan pembelian dapat didefinisikan melalui indikator-indikator sebagai
berikut :
a. Minat
transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk muncul membeli produk.
b. Minat
referensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada
orang lain
c. Minat
preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki preferensi utama pada produk
tersebut. Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi sesuaatu dengan
produk preferensinya.
d. Minat
eksploratif, minat ini mengambarkan perilaku seseorang yang seslalu mencari
informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk
mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut.
2.2.3 Tahap-tahap
Proses Keputuan Pembelian
Keputusan pembelian yaitu beberapa tahapan yang
dilakukan oleh konsumen sebelum melakukan keputusan pembelian suatu produk Kotler
dan Amstrong (2008).
Pengenalan
Kebutuhan
|
Pencarian
Informasi
|
Evaluasi
Alternatif
|
Keputusan
Pembelian
|
Perilaku
Pasca
Pembelian
|
Gambar 2.1 Proses Keputusan Pembelian
Sumber: Kotler dan Amstrong (2008)
1. Pengenalan
Kebutuhan
Proses pembelian dimulai
dengan pengenalan kebutuhan (need recognition) pembeli menyadari suatu
masalah atau kebutuhan. Kebutuhan dapat di picu oleh rangasgan internal ketika
salah satu kebutuhan normal seseorang akan merasa lapar dan haus timbul pada
tingkat yang cukup tinggi sehingga menjadi dorongan. Kebutuhan juga bisa dipicu
oleh rangsagan ekternal.
2. Pencarian
Informasi
Konsmen yang tertarik
mungkin mencari lebih banyak informasi atau mungkin tidak. Jika dorongan
konsumen itu kuat dan produk yang memuaskan ada di dekat konsumen. Jika tidak
konsumen bias menyimpan kebutuhan itu dalam ingatannya atau melakuka pencarian
infomasi yang berhubungan dengan kebutuhan. Sumber-sumber ini meliputi sumber
pribadi (keluarga, teman, rekan), sumber komersil (iklan, wiraniaga, situs Web,
peyaluran, kemasan, tampilan), sumber public (media massa dan pencarian
internet), dan sumber pengalaman (penaganan, pemeriksaan, pemakain porduk).
3. Evaluasi
Altenatif
Ketika telah meilahat cara
konsumen menggunakan informasi untuk samai pada sejumlah pilihan merek akhir.
Bagaimana cara konsumen memeilih di antara merek alternative tersebut.
Pemasaran harus tahu tentang evaluasi alternatif yaitu bagaimana konsumen
memperoses informasi untuk sampai pada pilihan merek. Konsumen sampai padasikap
terhadap merek yang berbeda melalui beberapa prosedur evaluasi. Bagaimana cara
konsumen mengevaluasi alternatif bergantung pada konsumen pribadi dan situasi
tertentu. Mengevaluasi kebutuhan dan membeli berdasarkan dorongan dan
bergantung pada institusi. Kadangkadang konsumen mengambil keputusan pembelian
sendiri atau meminta nasihat pembelian dari teman, pemandu konsumen, atau
wiraniaga.
4. Keputusan
Pembelian
Pada umumnya, keputusan
pembelian konsumen adalah membeli merek yang paliang di sukai, tetapi dua factor
bisa berada antara niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama
adalah sikap orang lain, apabila seseorang yang mempunyai arti penting bagi
Anda berfikir bahawa Anda seharusnya mebeli suatu produk maka Anda akan
menirunya. Faktor kedua adalah situasional yang tidak di harpakan. Konsumen
mungkin membentuk niat pembelian berdasrakan faktorfaktor seperti pendapatan,
harga, dan manfaat produk yang diharapkan namun kejadian tidak terduga bisa
mengubah niat pembelian.
5. Perilaku
Pasca Pembelian
Setelah pembelian produk
konsumen akan mersakan puas atau tidak puas dan terlibat dalam perilaku pasca
pembelian yang harus diperhatikan oleh pemasar. Yang mentukan kepuasan atau
ketidakpuasan pembeli terletak pada hubungan ekspektasi consumen dan
kinerja produk.
2.3
Harga
2.3.1
Pengertian
Harga
Harga menurut Kotler dan Amstrong (2007) adalah
sejumlah uang yang ditukarkan untuk sebuah produk atau jasa. Lebih jauh lagi,
harga adalah sejumlah nilai yang konsumen tukarkan untuk jumlah manfaat dengan
memiliki atau menggunakan suatu barang atau jasa.
Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang
kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang
beserta pelayanannya (Swastha, 2000).
Sebagai salah satu elemen bauran
pemasaran, harga membutuhkan pertimbangan cermat, sehubungan dengan sejumlah
dimensi strategis harga berikut ini (Chandra, 2002) :
1.
Harga
merupakan pernyataan nilai dari suatu produk (a statement of value).
Nilai adalah rasio atau perbandingan antara persepsi terhadap manfaat (perceived
benefits) dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan produk.
2.
Harga
merupakan aspek yang tampak jelas (visible) bagi para pembeli. Tidak
jarang harga dijadikan semacam indikator kualitas jasa.
3.
Harga
adalah determinan utama permintaan. Berdasarkan hukum permintaan (the law of
demand), besar kecilnya harga mempengaruhi kuantitas produk yang dibeli
oleh konsumen. Semakin mahal harga, semakin sedikit jumlah permintaan atas
produk yang bersangkutan dan sebaliknya.
4.
Harga
berkaitan langsung dengan pendapatan dan laba. Harga adalah satu-satunya unsur
bauran pemasaran yang mendatangkan pemasukan bagi perusahaan, yang pada gilirannya
berpengaruh pada besar kecilnya laba dan pangsa pasar yang diperoleh.
5.
Harga
bersifat fleksibel, artinya bisa disesuaikan dengan cepat. Dari empat unsur
bauran pemasaran tradisional, harga adalah elemen yang paling mudah diubah dan
diadaptasikan dengan dinamika pasar.
6.
Harga
mempengaruhi citra dan strategi positioning. Dalam pemasaran jasa prestisius
yang mengutamakan citra kualitas dan ekslusivitas, harga menjadi unsur penting.
Harga yang mahal dipersepsikan mencerminkan kualitas yang tinggi dan
sebaliknya.
7.
Harga
merupakan masalah nomor satu yang dihadapi para manajer. Setidaknya ini
ditunjukkan oleh adanya empat level konflik potensial menyangkut aspek harga :
a)
Konflik
internal perusahaan.
b)
Konflik
dalam saluran distribusi.
c)
Konflik
dengan pesaing.
d)
Konflik
dengan Lembaga Pemerintah dan Kebijakan Publik.
Harga
memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para pembeli,
yaitu peranan alokasi dan peranan informasi.
a)
Peranan
alokasi dari harga yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk
memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan
berdasarkan daya belinya.
b)
Peranan
informasi dari harga yaitu fungsi harga dalam menjaring konsumen mengenai
faktor-faktor produk, misalnya kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam
situasi dimana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau
manfaatnya secara obyektif. Persepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga
yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi.
2.3.2 Tujuan
Penetapan Harga
Terdapat
lima macam tujuan penetapan harga menurut (Tjiptono, 2002) dalam Dessy A. Sembiring yaitu:
1. Tujuan
yang berorientasi pada laba
Dalam
prakteknya, harga ditentukan oleh penjual dan pembeli. Semakin besar daya beli
konsumen, semakin besar pula kemungkinan bagi penjual untuk menetapkan tingkat
harga yang lebih tinggi. Dengan demikian memiliki harapan untuk mendapatkan
keuntungan maksimum sesuai dengan kondisi yang ada.
2. Tujuan
yang berorientasi pada volume
Untuk
tujuan ini, perusahaan menetapkan harga sedemikian rupa agar dapat mencapai
target volume penjualan atau pangsa pasar.
3. Tujuan
yang berorientasi pada citra
Perusahaan
dapat menetapkan harga tertinggi untuk membentuk atau mempertahankan citra.
Sementara itu harga rendah dapat digunakan untuk membentuk citra tertentu.
4. Tujuan
stabilisasi harga
Dalam
pasar yang terdiri dari konsumen yang sangat peka terhadap harga, maka para
pesaing akan menurunkan harga. Kondisi seperti ini yang mendasari terbentuk
tujuan stabilisasi harga dalam industri-industri tertentu.
5. Tujuan
persaingan
Harga
dapat pula ditetapkaan dengan tujuan mencegah masuknya persaingan,
mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang, atau menghindari
campur tangan pemerintah.
2.3.3 Faktor-faktor
Dalam Penetapan Harga
Penetapan harga jual yang diajukan oleh perusahaan
akan gagal bila berada terlalu tinggi untuk dapat menghasilkan permintaan dan
bila terlalu rendah untuk menghasilkan keuntungan. Dua faktor dalam menentukan
harga menurut Kotler dan Amstrong (2007):
1. Penetapan
harga berdasarkan nilai
Menetapkan
harga berdasrakan persepsi nilai dari pembeli bukan dari biaya penjualan.
Penetapan harga dengan nilai yang terbaik adalah menawarkan kombinasi yang
tepat antara kualitas dan layanan yang baik pada harga yang wajar. Penetapan
harga dengan nilai tambah adalah meletakan fitur dan layanan nilai tambah untuk
membedakan penawaran perusahan dan untuk mendukung penetapan harga yang lebih
tinggi.
2. Penetapan
haraga berdasarkan biaya
Penetapan
haraga berdasarka biaya produksi, distribusi dan penjualan produk beserta
tingkat pengembalain yang wajar sebagai imbalan bagi usaha dan resiko.
1) Biaya
tetap: Biaya yang tidak bervarasi sesuai dengan produksi atau tingkat
penjualan.
2) Biaya
variabel: Biaya yang berubah secara langsung sesuai dengan tingkatan produksi.
3) Biaya
total: Jumlah dari biaya tetap dan variabel bagi tingkat produksi yang
dihasilkan.
2.3.4 Setrategi
Penyesuaian Harga
Penyesuian khusus terhadap harga meurut daftar
harga (list price) terdiri atas diskon, allowance, dan penyesuaian
geografis (Tjiptono, 2002) dalam Dessy A. Sembiring.
1.
Diskon
Adalah potongan harga yang diberikan oleh penjual
kepada pembeli sebagai penghargaan atas aktifitas tertentu dari pembeli yang
menyenangkan bagi pembeli.
a) Diskon
kuantitas
Merupakan potongan harga
yang diberikan guna mendorong konsumen agar membeli dalam jumlah yang lebih
banyak sehingga menigkatkan volume penjualan secara keseluruhan.
b) Diskon
musiman
Diskon musiman adalah
potongan harga yang diberikan pada masamasa tertentu saja.
c) Diskon
kas
Merupakan potongan yang
diberikan apabila pembeli membayar tunai barang-barang yang dibelinya atau
membayarnya dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian transaksi.
d) Potong Harga(Trade Discount)
Potongan harga merupakan
salah satu kebijakan perusahaan dalam rangka menyesuaikan harga. Penyesuaian
harga yang dilakukan oleh perusahaan akan berdampak pada omset penjualan
terhadap produk yang ditawarkan kepada konsumen.
2. Allowance
Merupakan pengurangan dari harga menurut daftar (list
price) kepada pembeli karena adanya aktifitas-aktifitas tetentu yang
dilakukan pembeli.
a) Trade-in
Allowance
Merupakan potongan yang
diberikan dalam sistem tukar tambah.
b) Promotional
Allowance
Diberikan kepada setiap
penjual dalam jaringan distribusi perusahaan yang melakukan aktifitas
periklanan atau penjualan tertentu yang dapat mempromosikan produk produsen.
c) Product
Allowance
Adalah potongan harga yang
diberikan kepada pembeli yang bersedia membeli barang dalam kondisi tidak
normal. Misalnya produk belum jadi 100% atau yang sudah rusak dan produksi
bulan kemarin.
3. Penyesuaian
geografis (Geographical Adjustment)
Merupakan penyesuaian terhadap harga yang dilakukan
oleh produsen atau juga wholesaler sehubungan dengan biaya transportasi
produk dari penjual ke pembeli. Biaya transportasi ini merupakan salah satu
unsur penting dalam biaya variabel total, yang terutama akan menentukan harga
akhir yang harus dibayar pembeli. Ada dua metode yang dapat digunakan untuk
melakukan penyesuaian geografis yaitu:
a) FOB
origin pricing
FOB (Free On Board) berarti
penjual menanggung semua biaya sampai pemuatan produk ke kendaraan pegangkut yang
digunakan, dalam hal ini penjual menentukan lokasi pemuatan produk.
b) Uniform
Delivered Pricing
Dalam metode ini, harga
yang ditetapkan penjual juga mencakup semua biaya transportasi. Penjual
menentukan cara pengangkutan, menentukan biaya pengangkutan dan bertanggung
jawab atas segala kerusakan yang mungkin terjadi.
2.3.5 Manfaat
Penetapan Strategi Harga
Harga
digunakan dalam berbagai cara dalam strategi penentuan posisi program
pemasaran. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penetapan strategi harga
adalah sebagai berikut:
1.
Isyarat
bagi pembeli. Harga merupakan alat komunikasi dengan pembeli. Harga mungkin
dipergunakan untuk memposisikan merek sebagai produk bermutu tinggi atau
sebaliknya, untuk mengejar persaingan langsung dengan merek-merek lain.
2.
Instrumen
persaingan. Harga merupakan suatu cara yang tepat untuk menyerang persaingan
atau kemungkinan lain, untuk memposisikan suatu perusahaan di luar persaingan
langsung.
3.
Memperbaiki
kinerja keuangan. Harga dan biaya menentukan kinerja keuangan. Strategi
penetapan harga dinilai berdasarkan dampak yang mungkin ditimbulkannya terhadap
neraca keuangan perusahaan tersebut, baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang.
4.
Pertimbangan
bauran pemasaran. Peran harga kerapkali tergantung pada bagaimana variabel-variabel
lain digunakan dalam bauran pemasaran. Misalnya, harga dapat digunakan sebagai
insentif bagi anggota-anggota saluran dan armada penjualan.
2.3.6 Hubungan
Harga dengan Keputusan Pembelian
Harga merupakan salah satu faktor utama yang
mempengaruhi keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen. Strategi
penetapan harga sangat penting untuk menarik perhatian konsumen. Harga
merupakan hal yang dapat dikendalikan dan menentukan diterima atau tidaknya
suatu produk oleh konsumen. Murah atau mahalnya harga suatu produk sangat
relatif sifatnya. Oleh karena itu, perlu dibandingkan terlebih dahulu dengan
harga produk serupa yang diproduksi atau dijual oleh perusahaan lain.
Perusahaan harus selalu memonitor harga yang
ditetapkan oleh para pesaing, agar harga yang ditentukan oleh perusahaan
tersebut tidak terlalu tinggi atau rendah. Sehingga dapat disimpulkan
perusahaan harus menetapkan harga yang kompetitif, dimana harga tersebut
dipandang layak, terjangkau dan bersaing, yang diharapkan dapat meningkatkan
dan meyakinkan konsumen ketika melakukan pembelian. Dari hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa harga yang kompetitif mempengaruhi keputusan pembelian
konsumen.
Apabila konsumen menerima harga yang telah
ditetapkan, maka produk tersebut akan laku, sebaliknya bila konsumen menolaknya
maka harga tersebut perlu ditinjau kembali. Dengan demikian, semakin kompetitif
perusahaan dalam menentukan penetapan harga maka konsumen akan semakin yakin
dalam melakukan pembelian.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Muchammad Chusnul Akrom (2013) yang
berjudul Pengaruh Kemasan, Harga Dan
Promosi Terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen Kripik Paru Umkm Sukorejo
Kendal menyatakan harag berpengaruh terhadap proses keputusan pembelian
diterima ini berarti semakin baik harga berakibat pada semakin banyak proses
keputusan pembelian.
2.4 Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian terdahulu yang dirasa relevan
dengan penelitian ini dan dapat dijadikan dasar dalam penelitian ini adalah
sebagai beikut :
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
|
Judul Penelitian
|
Peneliti dan Tahun Penelitian
|
Hasil penelitian
|
1
|
Pengaruh pelaksanaan bauran pemasaran terhadap
proses keputusan pembelian konsumen pada jamu di banda Aceh.
|
Rusydi Abubakar (2005)
|
Pengaruh pelaksanaan bauran pemasaran terhadap
proses keputusan pembelian konsumen pada jamu di banda Aceh.
|
2
|
pengaruh Harga dan diskon terhadap keputusan
pembelian konsumen pada Ramayana Departement Store Yogyakarta
|
Agung Nugroho (2005)
|
harga dan diskon berpengaruh positif terhadap
keputusan pembelian konsumen di Ramayana Departement Store.
|
3
|
Pengaruh Inovasi Produk
Dan Harga Terhadap Minat Beli Mie Sedaap Cup.
|
Bayu Hendrawan Suroso
Dan Sri Setyo Iriani (2014)
|
Hasil penelitian menunjukkan bahwa inovasi produk
dan harga secara simultan mempengaruhi minat beli Mie Sedaap Cup sebesar 65,9
%
|
Penelitian
terdahulu bertujuan untuk memperkuat hasil dari penelitian yang sedang
dilakukan, selain itu juga bertujuan untuk membandingkan dengan penelitian yang
dilakukan sebelumnya
2.5 Kerangka
Berpikir
Kerangka
berpikir yang diajukan dalam penelitian ini berdasarkan pada hasil teori yang
telah diuraikan diatas. Untuk lebih memudahkan pemahaman mengenai kerangka
pemikiran dalam penelitian ini, maka dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar
2.2
Harga ( X )
·
Diskon
·
Allowance
·
Penyesuaian geografis (Geographical Adjustment)
Sumber :
Kotler, Amstrong dan
Tjiptono
|
Keputusan Pembelian ( Y
)
·
Pengenalan Kebutuhan
·
Pencarian Informasi
·
Evaluasi Alternatif
·
Keputusan Pembelian
·
Perilaku pasca pembelian
Sumber:
Kotler dan Amstrong
|
2.6 Hipotesis
Sugiyono (2007) menyimpulkan hipotesis diartikan
sebagai suatu jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Hipotesis
yang diajukan sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang diajukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Harga berpengaruh terhadap proses keputusan
pembelian Di Toko Pia Saronde
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat
yang akan menjadi objek penelitian ini adalah Pia Saronde Khas Gorontalo dan
penelitian ini berlangsung selama 1 bulan
3.2 Desain
Penelitian
Penelitian
ini menggunakan jennies penelitian deskriptif dengan model penelitian
kuantitatif serta dilakukan uji statistik dengan menggunakan analisis regresi
sederhana untuk melihat apakah terdapat pengaruh harga terhadap proses
keputusan pembelian pia saronde khas Gorontalo.
X
(Harga)
|
Y
( Keputusan Pembelian )
|
Gambar
3.1 Desain penelitian
3.3 Variabel
Penelitian
a. Variabel
idependent (X) : Harga
Harga
merupakan variabel bebas yang mempengaruhi variabel Y (Keputusan Pembelian)
b. Variabel
dependent (Y) : Keputusan Pembelian
Keputusan
Pembelian merupakan variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabel X (Harga)
Tabel
3.1
Operasional
Variabel Penelitian
No
|
Variabel Penelitian
|
Dimensi Penelitian
|
Indikator Penelitian
|
Skala
|
Sumber
|
1
|
Harga (X)
|
Diskon
|
·
Diskon kuantitas
·
Diskon musiman
·
Diskon kas
·
Potong
Harga(Trade Discount)
|
Ordinal
|
Kotler, Amstrong dan Tjiptono
|
Allowance
|
·
Trade-in Allowance
·
Promotional Allowance
·
Product Allowance
|
Ordinal
|
|||
Penyesuaian
geografis (Geographical Adjustment)
|
·
FOB origin pricing
·
Uniform Delivered Pricing
|
Ordinal
|
|||
2
|
Keputusan Pembelian
|
Pengenalan Kebutuhan
|
·
Faktor Internal (Rasa Lapar dan Haus)
·
Faktor eksternal
|
Ordinal
|
Kotler dan Amstrong (2008)
|
Pencarian Informasi
|
·
Sumber Pribadi
·
Sumber Komersil
·
Sumber Publik
·
Sumber Pengalaman
|
Ordinal
|
|||
Evaluasi Alternatif
|
·
Berdasarkan dorongan
·
Bergantung pada institusi
·
Mengambil ketusan sendiri
·
Meminta nasihat
|
Ordinal
|
|||
Keputusan Pembelian
|
·
Sikap Orang lain
·
Situasional yang tidak diharapkan
|
Ordinal
|
|||
Perilaku pasca pembelian
|
·
Ekspetasi konsumen
·
Kinerja produk
|
Ordinal
|
3.4 Populasi
dan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang
berbentuk peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa
yang menjadi pusat perhatian seorang peneliti karena itu dipandang sebagai
sebuah semesta penelitian (Sugiyono 2008). Dalam penelitian ini yang di jadikan
populasi adalah konsumen pia saronde yang pernah membeli produk pia saronde.
Oleh karena itu akan digunakan sampel penelitian karena jumlah pembeli pia
saronde yang tidak diketahui. Maka populasi yang dipakai dalam penelitian ini
adalah Infinite populasi.
3.4.2 Sampel
Menurut
Sugiyono (2011) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Untuk penelitian ini populsinya tidak
diketahui atau infinite, Maka untuk
menentukan besarnya jumlah sampel konsumen digunakan rumus sebagai berikut, (Rao Purba dalam Suroso, 2014)
𝑧2
4(𝑀𝑜𝑒)2
|
Dimana:
n =
Jumlah Sampel
Z =
Tingkat Distribusi Normal
Moe =
Margin of Error Max,
Dengan tingkat keyakinan sebesar 95%
atau Z= 1,96 dan Moe= 10% (0,1) maka:
1.962
4(0.1)2
|
n =
n
= 96,04 dan dibulatkan menjadi 96
Berdasarkan rumus diatas
dapat diperoleh sampel dari populasi sebanyak 96 orang.
3.5 Teknik
Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
3.5.1 Kuesioner
Kuesioner (questionnaire) adalah daftar
pertanyaan yang mencakup semua pernyataan dan pertanyaan yang akan digunakan
untuk mendapatkan data, baik yang dilakukan melalui telepon, surat atau
bertatap muka. Daftar pertanyaan tertulis yang akan diisi oleh responden yang
terdiri dari pertanyaan tentang kemasan produk, harga dan promosi untuk
mengetahui sejauh mana kemasan produk, harga dan promsi tersebut mempengaruhi
keputusan pembelian. Metode pengukuran pada Kuesioner ini menggunakan skala likert.
Adapun gradasi nilai pengukuran dari 1 sampai 5, dengan alternatif jawaban:
Sangat tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Netral (N), Setuju (S) dan Sangat
Setuju (SS) di mana setiap jawaban diberi skor masing– masing sebagai berikut
(Ferdinand, 2011:250):
1. Jawaban
Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1
2. Jawaban
Tidak Setuju (S) diberi skor 2
3. Jawaban
Netral (N) diberi skor 3
4. Jawaban
Setuju (S) diberi skor 4
5. Jawaban
Sangat Setuju (SS) diberi skor 5
3.5.2 Wawancara
Selain
kuesioner, juga teknik wawancara untuk mendukung akurasi dan kelengkapan
kuesioner tersebut. Wawancara juga digunakan untuk memperluas pandangan
peneliti tentang data-data lain yang mungkin tidak bias didapatkan dari kuuesioner.
Data disini lebih pada data internal perusahaan yang mungkin kurang diketahui
oleh sampel. Selain itu wawancara juga digunakan untuk melengkapi data yang
terkumpul melalui kuesioner.
3.5.3
Studi
Kepustakaan
Studi Kepustakaan
dilakukan dengan cara mencari dan menelaah terhadap data dan literatur atau
teori yang sudah ada kemudian dipakai untuk menjadi pendukung penelitian.
Literatur ini bisa diperoleh dari buku, majalah, jurnal, dan dari berbagai
macam artikel.
3.5.4 Observasi
Dilakukan dengan mengadakan mengamatan
langsung ke objek penelitian. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data
yang mendukung hasil wawancara dan kuisioner.
3.6 Teknik
Analisis Data
3.6.1 Uji
Validitas
Suharsimi (2010) validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah
instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Dimana
menurut Suharsimi (2010), r hitung dapat ditentukan dengan rumus:
n (∑x) – (∑y)
√n (n∑x2 – (∑n)2) (n∑y2 – (∑y)2)
|
r
=
Dimana
:
r
= Nilai validitas atau kooefisien korelasi
x
= Skor kuesioner atau item
y
= Skor total atau total variabel
n
= Banyaknya sampel
Selanjutnya
pengukuran uji validitas dapat dilakukan dengan cara
membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df) =n – 2, dimana n adalah jumlah responden. Untuk mengukur valid tidaknya instrumen ditentukan dengan cara mengkonsultasikan hasil perhitungan
koefisien dengan nilai tabel koefisien pada taraf signifikasi 5% atau taraf
kepercayaan 95%. Suatu pertanyaan atau indikator dikatakan valid jika.
(Ghozali, 2011):
membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df) =n – 2, dimana n adalah jumlah responden. Untuk mengukur valid tidaknya instrumen ditentukan dengan cara mengkonsultasikan hasil perhitungan
koefisien dengan nilai tabel koefisien pada taraf signifikasi 5% atau taraf
kepercayaan 95%. Suatu pertanyaan atau indikator dikatakan valid jika.
(Ghozali, 2011):
a)
Apabila r hitung > r
tabel = Valid
b)
Apabila r hitung < r
tabel = Tidak Valid
3.6.2 Uji
Reliabilitas
Menurut Sugiyono (2007) reliabilitas sebenarnya
adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari
variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel (handal) jika
jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu
kewaktu. Alat ukur yang akan digunakan
adalah dengan uji statistik cronbach
alpha
K . r
1 + (k – 1) r
|
Suatu variabel dikatakan realibel (handal) jika
memiliki Cronbach Alpha > 0,6
Tabel 3.2 : Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha
No
|
Alpha
|
Tingkat Reliabilitas
|
1
2
3
4
5
|
0,00
S.d 0,20
>0,20
S.d 0,40
>0,40
S.d 0,60
>0,60
S.d 0,80
>0,80
S.d 1,00
|
Kurang
Reliabel
Agak
Reliabel
Cukup
Reliabel
Reliabel
Sangat
Reliabel
|
3.6.3
Uji
Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi ,variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal
atau tidak.Model regresi yang baik harus memiliki distribusi data normal atau
penyebaran data statistik pada sumbu diagonal dari grafik distribusi normal.
Sedangkan dasar pengambilan keputusan untuk uji normalitas data adalah
(Ghozali, 2011):
1. Jika
data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau
grafik histogramnya menunjukkan distribusi normal, maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas.
2. Jika
data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal
atau grafik histogram tidak menunjukkan distribusi normal, maka model regresi
tidak memenuhi asumsi normalitas
3.6.4 .Analisis
Regresi Sederhana
Hasil pengumpulan data akan
dihimpun setiap variabel sebagai suatu nilai dari setiap responden dan dapat
dihitung melalui program SPSS. Metode penganalisaan data menggunakan
perhitungan statistik dan program SPSS untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan apakah dapat diterima atau ditolak. Dalam penelitian ini perhitungan
statistik menggunakan Model Analisis Regresi Sederhana dengan persamaan sebagai
berikut :
Ŷ
= a + bx
Keterangan :
Ŷ
= Vaariabel Dependent
a
= Konstanta
b = Koofisien
regresi
x = Variabel
idependent
3.7 Uji Hipotesis
3.7.1
Uji
Parsial (Uji T)
Untuk menentukan koefisien spesifik yang mana yang
tidak sama dengan nol, uji tambahan diperlukan yaitu dengan menggunakan uji t.
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2005 ). Signifikansi
koefisien parsial ini memiliki distribusi t dengan derajat kebebasan n-k-1, dan
signifikan pada α= 0,05. Dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut
:
1. Bila
thitung > ttabel maka (H0) ditolak dan hipotesis (Ha)
diterima.
2. Bila
thitung < ttabel
maka(H0) diterima dan hipotesis (Ha) ditolak.
3.7.2 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien
determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah
antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai
yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk mempredikdi variasi variabel dependen
(Ghozali, 2011). Angka dari R square didapat dari pengolahan data
melalui program SPSS yang bias dilihat pada tabel model SUMMARY kolom R square.
3.8 Hipotesis
Statistik
Hipotesis yang dipakai
dalam penelitian ini adalah :
Ho : Harga tidak berpengaruh terhadap keputusan
pembelian di Toko pia
saronde
Ha : Harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian
di Toko pia
saronde
DAFTAR
PUSTAKA
Anwar,
Iful dan Satrio. 2015. Pengaruh Harga Dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian. Jurnal Ilmu dan
Riset Manajemen, | Volume 4
No 12
Budiyono
& Bernard, N.M. 2004. Studi Mengenai Pengembangan Strategi Produk.
Jurnal Sains Pemasaran Indonesia, | Volume 3 No 2
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi
.Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro.
Kotler, Philip Dan
Amstrong. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Edisi Ke 12. Jilid Ii.
Jakarta: Erlangga.
Kotler, Philip, 2007.
Manajemmen Pemasaran. Edisi
Keduabelas (Edisi Indonesia), Jilid 1, Alih Bahasa Benyamin Molan. Jakarta:
Indeks
M.
Mursidi. 2006. Manajemen Pemasaran.
Jakarta : Bumi Aksara
Muchammad Chusnul Akrom. 2013. Pengaruh Kemasan, Harga Dan Promosi
Terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen Kripik Paru Umkm Sukorejo Kendal.
Skripsi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Sembiring A. Dessy. 2014 Pengaruh
Iklan Dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Yamaha Mio (Studi Pada Pt.
Yamaha Mataram Sakti Di Kota Semarang) Jurnal
Manajemen Pemasaran Vol. 3 No. 1
Seland A.D. Christian. 2013 Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Pengaruhnya
Terhadap Loyalitas Konsumen Pada Fresh Mart Bahu Mall Manado. Jurnal EMBA | Volume.1 Nomor 3
Sugiyono.
2007. Statistik Nonparametris Untuk Penelitian. Bandung :
.
2008. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Supranto, J. dan Nandan L. 2007. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran
untuk Memenangkan Persaingan Bisnis. Jakarta: Mitra wacana media.
Suroso H. Bayu Dan Iriani S. Sri.
2014 Pengaruh Inovasi Produk Dan Harga Terhadap Minat Beli Mie Sedaap Cup. Jurnal
Ilmu Manajemen | Volume 2 No. 4
Swastha, Basu. 2000. Azas-azas
Marketing. Liberty. Yogyakarta.
Winny
Gayatri. 2013. Penentuan Harga Jual
Produk Dengan Metode Cost Plus Pricing Pada Pt.Pertani (Persero) Cabang
Sulawesi Utara Jurnal
Emba | Volume.1 No.4
Yohana F. Cahya Palupi Meilani. 2012. Faktor Yang Mempengaruhi Minat Beli Produk
Makanan Dan Minuman Usaha Kecil Menengah Kabupaten Tangerang. Jurnal Manajemen Dan
Kewirausahaan, | Volume 14, No.
2.
http://economy.okezone.com/read/2011/07/27/320/484884/ukm-jangan-ditarik-pajak
(diakses 20-01-2017)
http://www.jam-statistic.id/2014/05/pendugaan-interval-1.html
(diakses 20-01-2017)
http://piasaronde.com/tentang-kami
(diakses 20-01-2017)
http:// WordPress.com//Peran
Inovasi dalam Pemasaran._humasur. html diakses pada 20-01-2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar